Menag: Beragama Secara Ekstrem Bukan Cara yang Diajarkan Rasulullah

Sumber : Harakatuna Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang tidak ingin memberatkan umat manusia dalam beragama. Di tangan Nabi Muhammad, Islam datang menjadi agama kasih yang memudahkan orang, bukan menyulitkan. Maka, beragama secara ekstrem bukalah cara beragama yang diajarkan Rasulullah,” kata Lukman dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1429 Hijriah di Istana Bogor, Kamis (30/11/2017). Lukman mengatakan, Allah SWT pun telah mendeklarasikan bahwa umat dihadirkan sebagai umat pertengahan, umat moderat, umat yang adil. Umat yang anti pada semua sikap ekstrimisme dan tidakan yang melampaui batas. Umat yang mampu menjadikan sikap pertengahan sebagai pilihan hidup dalam segala lini cara pikir, cara beribadah, cara bermuamalah Islam sangat menentang sikap ekstrimisme dalam bentuk apapun. Sikap tersebut akan menimbulkan dampak negatif dan ekses buruk tidak hanya bagi individu tapi juga keluarga, masyarakat, negara dan dunia. “Sikap ekstrem dalam agama juga akan memberikan dampak negatif terhadap agama itu sendiri dan akan menimbulkan bencana di luar agama. Ektremisme akan menyebabkan agama menjadi pihak tertuduh munculnya disharmoni diantara masyarakat lokal dan internasional,” ucap Lukman. Oleh sebab itu, politisi Partai Persatuan Pembangunan ini menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama sudah seharusnya menjadi nilai yang semakin lentur di Indonesia. Setiap warga negara perlu kembali diingatkan bahwa bangsa ini berdiri di atas perjuangan pribadi-pribadi yang memandang orang lain sebagai warga sebangsa setanah air, tanpa memandang latar belakang agama suku dan budaya. “Sebagai warga negara yang berideologi Pancasila mari bangun negeri ini di atas persatuan dan kesatuan yang mengatasi segala perbedaan yang ada,” kata dia. Nabi Muhammad, lanjut Lukman, adalah sosok yang cinta tanah airnya. Sebab, di tanah airnya lah nenek moyang Nabi dilahirkan dan dibesarkan. Di tanah air pula Nabi Muhammad berinteraksi dengan manusia lain dalam kehidupan bermasyarakat. Di situ pula Nabi beribadah dan disitu pula ia membangun peradaban. “Tanah air tempat kita menetap adalah tempat kita menjalankan ajaran agama sehingga membela dan mempertahankan tanah air pada hakikatnya adalah bagian dari upaya menegakkan agama, atau dengan kata lain membela tanah air adalah kewajiban agama,” ucap dia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAPAT NU DAN MUHAMMADIYAH SOAL KONFLIK UIGHUR YANG TAK MAU KITA DENGAR

Forum Kyai dan Mubaligh Nusantara Tolak People Power

Kenapa Allah Menciptakan Kita Berbangsa Bangsa dan Bersuku Suku?