Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

Bila Tak Bertentangan dengan Syariat, Produk Undang-Undang Itu Syar'i

Gambar
KH Masdar Farid Mas'udi. Syaifullah, NU Online | Kamis, 28 Februari 2019 18:00 Kota Banjar, NU Online Perundang-undangan sebagai produk politik negara bangsa menjadi bahasan dalam bahtsul masail komisi maudluiyah pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama. Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Masudi berpandangan bahwa jika produk tersebut tidak bertentangan dengan syariat, maka sudah syar'i. "Kalau kita ingin menguji peraturan hukum positif mulai dari undang-undang, peraturan daerah atau Perda dan lainnya. Adakah yang bertentangan dengan syariat? Kalau tidak ada yang bertentangan syariat, itu oke," kata Kiai Masdar di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, Kamis (28/2). Baik Undang-Undang, maupun Perda, kata Kiai Masdar, jika tidak bertentangan dengan syariat, itu maka sudah syar’i. "Saya kira itu akan lebih longgar. Perda dan UU bisa kita lihat dari

APAKAH DEMOKRASI SEJALAN DENGAN ISLAM ?

Gambar
Ajaran tentang keadilan dalam Islam mendukung prinsip demokrasi Thaha Husein, pakar pembaru pemikiran Islam asal Mesir menjelaskan bahwa siapa saja yang berusaha mengajak umat Islam, khususnya orang-orang Mesir untuk kembali kepada sikap hidup yang berlaku di  zaman Fir’aun, di zaman Yunani-Romawi, atau di masa-masa permulaan Islam, akan dicemooh rakyat. Masyarakat termasuk kalangan konservatif dan mereka yang tidak senang dengan setiap usaha pembaruan ajaran Islam juga menilai bahwa kembali ke warisan kuno Islam adalah sikap yang keliru. Lebih jauh Thaha mengatakan: “Kita harus menyadari pula bahwa tanda tangan yang kita bubuhkan dalam naskah-naskah perjanjian internasional, yang dengannya kita memperoleh kemerdekaan, dan dengannya pula kita terhindar dari kekalahan, jelas mewajibkan kita untuk mengikuti jejak bangsa-bangsa Eropa dalam pemerintahan, ketatanegaraan, dan dalam hukumnya. Obsesi Thaha Husein untuk mengambil sistem pemerintahan demokrasi Barat didasarkan pada dua argume

Pasar Gelap Ustadz

Gambar
Saya berkali-kali menyampaikan, hati-hati mencari ustadz. Jangan sembarangan mengundang orang untuk mengisi pengajian, memanggil dia ustadz, apalagi menyebutnya sebagai ulama. Saya perlu semakin serius mengingatkan hal ini. Karena semakin banyak orang-orang yang hanya bermodal bisa pidato, berbaju gamis, mengumpat sana-sini diundang kemana-mana, dipanggil ustadz. Hafal satu dua ayat al-Quran dan hadis cukup menjadi modal. Pasar gelap ustadz ini biasanya dihuni dua kelompok besar. Pertama, para muallaf. Beberapa muallaf, meskipun tidak punya ilmu keislaman yang cukup, tiba-tiba dia menjadi ustaz karena modal bisa pidato. Yang paling banyak diceramahkan biasanya menjelek-jelekkan keyakinan lamanya. Dia ingin menunjukkan sekarang sudah mendapat “hidayah”. Tak lupa, biasanya juga menebar ketakutan, bahwa agama lamanya itu menjadi ancaman terhadap Islam. Kalau melihat orang seperti ini, saya sering jengkel sendiri, membayangkan kalau ada orang keluar dari Islam kemudian menjelek-jelekkan I

UMAT YANG BERBINHEKA DALAM AL-QUR'AN

Gambar
Oleh: Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. (Profil) Doktor Tafsir Universitas Al-Azhar Kairo dengan Predikat Mumtaaz ma’a martabah al-syarf al-ula-Summa Cum Laude/Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an-PSQ Dalam Surat al-Baqarah ayat 143, Allah berfirman: وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا… “Dan demikian Kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan agar kamu menjadi syuhada terhadap/buat manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi syahid terhadap/buat kamu…” Dalam artikel ini tidak akan dibahas dengan rinci tentang ummatan wasathan. Ayat di atas dikutip sebagai pembuka pembicaraan mengenai kebhinekaan makna ummat yang terkandung dalam al-Qur’an.  Ayat yang penulis kutip di awal tulisan menggarisbawahi agar kamu (wahai umat Islam) menjadi saksi atas perbuatan manusia. Ini juga dipahami dalam arti bahwa kaum muslim akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan kelakuan manusia.  Pengertian ma

Pegiat mahasiswa Muslim: Sistem kekhalifahan? No! Pancasila? Yes!

Gambar
Walaupun terpecah secara politik, pegiat mahasiswa yang berlatar keislaman di Indonesia berada di jalur yang sama saat menghadapi gerakan radikal transnasional. Apa perekatnya? Muhammad Nur Azami, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, bersama teman-temannya, tengah menyiapkan diskusi tentang sosok Pramoedya Ananta Toer, akhir April lalu. Saya temui di sebuah taman di kampus Ciputat, mereka membagi undangan dan brosur dengan gambar sastrawan Pramudya - tokoh Lembaga Kebudayaan Rakyat, Lekra, yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. "Tidak menjadi soal dan tabu membaca karya-karya Pram," seru Azami. Mulai kuliah empat tahun lalu, mahasiswa jurusan sejarah kebudayaan Islam ini - dan generasi seangkatannya - tumbuh dalam atmosfir kebebasan usai rezim otoriter Suharto runtuh. Secara budaya dibesarkan dalam tradisi Nahdlatul Ulama, cara berpikir Azami pun terhubung erat dengan ideologi anak-anak muda NU yang dipengaruhi pemikiran Gusdur alias

Inilah Dakwah Seperti Dicontohkan Rasulullah

Gambar
Dakwah berasal dari bahasa Arab, yang berarti seruan, panggilan atau ajakan. Setiap muslim ditugaskan untuk berdakwah. Karena Islam adalah agama dakwah. Sehingga setiap muslim memiliki tugas untuk berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Bahkan dijelaskan dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 104 tentang kewajiban dakwah bagi setiap muslim, seperti Allah SWT memerintahkan umat islam untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan. Namun, dalam penyampaiannya, ada aturan-aturan yang berkaitan dengan dakwah ini. Dalam berdakwah tentu harus bersikap ramah, bijaksana, dan tidak cepat marah serta bersikap lembut dan berakhlak baik. Rasulullah memberikan tuntunan kepada kita, salah satunya adalah dalam sebuah riwayat dari Imam Bukhari dari Aisyah RA. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu ada pada sesuatu, melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan itu). Sebaliknya, jika lemah lembut itu dicabut darinya, maka ia menjadi buruk,” ( HR. Bukhari). Ada bebera

Mengurai Keragaman sebagai Ekspresi Keberagamaan

Gambar
Segala bentuk yang berbau tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama patut mendapat perhatian serius dari negara dan masyarakat Indonesia. Jika hal itu terus dibiarkan, maka akan berimplikasi pada anggapan bahwa betapa tidak tolerannya kita sebagai umat beragama. Lalu, masih adakah jaminan kebebasan beragama di negeri ini? Dapatkah disadari bahwa keberbedaan itu hadir akibat keragaman ekspresi keberagamaan? Ekspresi keberislaman dalam sejarahnya tidak pernah tampil dalam wajah yang tunggal. Pertama, ekspresi itu terjadi karena Islam selalu mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal. Islam Jawa dalam beberapa hal tertentu akan jauh berbeda ekspresinya dengan Islam Sumatera dan Kalimantan. Islam di Arab tentu juga berbeda dengan Islam di Afrika. Pada akhirnya budaya-budaya lokal itu banyak menghiasi tampilan wajah peradaban Islam. Kedua, keberagaman itu juga mungkin lahir dari ekspresi pemikiran. Dalam konteks ini, tidak ada satu pun dari disiplin atau teologi tertentu yang m

Demokrasi dalam Pandangan Islam

Gambar
Demokrasi adalah sebuah tatanan, bentuk atau mekanisme sistem suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung dan adil, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sampai saat ini demokrasi masih dianggap sebagai bentuk pemerintahan paling baik dan menjadi tolak-ukur atas keberhasilan, kesuksesan dan kemakmuran suatu Negara. Di dunia baratlah awal pertama kali diagung-agungkannya demokrasi sebagai suatu mekanisme pemerintahan, dan setelah beberapa abad berlalu, paradigma tersebut semakin menjalar ke seluruh penjuru

Negara Indonesia: Negara Kafir atau Negara Islam?

Gambar
Perdebatan terkait konsep Negara Islam sudah berlangsung sejak lama. Isu tersebut kembali mencuat ke permukaan setelah pemerintah membubarkan salah satu ormas yang dianggap mengancam keutuhan NKRI sebagai bangsa yang resmi dan berdaulat beberapa waktu yang lalu berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu), No. 2 Tahun 2017 tentang Ormas. Meskipun telah dibubarkan, aktifis dari ormas yang bersangkutan tetap meyakini bahwa apa yang mereka perjuangkan benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengulang perdebatan yang sudah-sudah, khususnya terkait ideologi khilafah yang diperjuangkan oleh ormas yang bersangkutan, namun lebih kepada redefinisi negara Islam itu sendiri. Bagi mereka yang memperjuangkan tegaknya khilafah islamiyah menganggap bahwa negara Indonesia ini masih tergolong sebagai negara kafir yang mesti “diislamkan” dengan format khilafah islamiyah. Alasannya adalah karena negara ini tidak melandaskan konstitusinya kepada al-Qur’

Indonesia Darurat Akal Sehat?

Gambar
i viral pemuda Lampung yang dengan sengaja merusak motor saat ditilang itu seketika mengundang netizen untuk mem-bully-nya. Bahkan akun facebooknya yang diduga telah di¬hack juga mendapat ribuan hujatan netizen. Pasalnya, tindakan pemuda ini sangat tidak biasa dilakukan oleh seorang pelanggar lalu lintas pada umumnya. Manajemen amarah yang buruk disinyalir menjadi pemicu tindakan ini. Namun, yang menjadi sorotan bagi saya adalah ketika aksi ini menjadi wajah yang mewaikili sifat pemuda Indonesia saat ini yang kurangpengetahuan, wawasan dan kebijaksanaan. Tak hanya itu, kegilaan yang menjadi undangan gratis untuk membully dirinya di dunia maya ini juga menjadi tampilan wajah netizen Indonesia yang kurang terpuji. Lalu pertanyaannya adalah di mana tata krama, sopan santun dan budi luhur yang selama ini menjadi junjungan masyarakat Indonesia sedari dulu? Tata krama, sopan santun dan budi luhur pada kenyataannya hanyalah semboyan semata. Baik secara pendidikan maupun agama, belum mampu

CINTA TANAH AIR

Gambar
Cinta tanah air ialah perasaan cinta terhadap bangsa dan negaranya sendiri.Usaha membela bangsa dari serangan penjajahan. Dalam cinta tanah air terdapat nilai-nilai kepahlawanan ialah: Rela dengan sepenuh hati berkorban untuk bangsa dan Negara. Cinta Tanah Air merupakanpengalaman dan wujud dari sila Persatuan Indonesia yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah dan masyarakat. Cinta tanah air adalah sama saja rela berkorban demi kepentingan Negara. Memajukan kehidupan bangsa, mencerdaskan diri demi ikut berpartisipasi dalam rangka proses pembangunan tanah air atau negaranya dari Negara yang kecil, berkembang sampai menjadi Negara yang maju. Menghayati arti dari cinta tanah air memanglah bukan masalah yang mudah, perlu kesabaran dan kerendahan hati untuk menjalankan hal tersebut, dikarenakan banyak ancaman dan tantangan yang dapat datang dari mana saja, baik itu dalam diri kita maupun dari luar diri kita, baik itu datang dari dalam negri maupun datang dari l

Kiai Masdar Tegaskan Pancasila Sangat Islami

Gambar
Ketua Steering Committee (SC) Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2019, KH Masdar Farid Mas'udi menegaskan bahwa Republik Indonesia merupakan negara yang Islami. Hal itu dapat terlihat pada sila-sila yang ada dalam Pancasila sebagai dasar negara. "Sila-sila yang menjadi basis filosofi dan segala macam di atasnya sangat-sangat Islami. Meskipun tidak dalam Bahasa Arab, tapi kita mengambil Islam itu substansinya, bukan kulitnya, bukan ucapan," kata Kiai Masdar di Pesantren Al-Hasaniyah Rawalini, Teluknaga, Tangerang, Banten, Jumat (15/2). Pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Menurut Kiai Masdar, tauhid dalam sila pertama menjadi rujukan spiritualitas ruhaniyah. "Tauhid itu jadi rujukan sipiritualitas ruhaniyah kita," ucap pria yang juga menjabat sebagai Rais Syuriyah PBNU itu. Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Ia mengatakan, kemanusiaan menjadi pusat sumber basis moralitas. Sehingga, baik dan buruk seseorang ditentukan d

Ideologi Indonesia Pancasila Bukan Khilafah

Gambar
SEYOGIANYA regulasi di negeri ini harus lebih diperkuat. Tahu membedakan mana prinsip, asas dan dasar. Aspek hukum jangan kalah dengan politik. Sejauh ini, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) ditolak di 21 negara dan Indonesia termasuk negara ke-21 yang menolak. Bagi saya tidak ada untungnya bagi organisasi ini. Pancasila saja mereka tidak akui. Kelompok ini, tidak layak di negeri ini, pasalnya NKRI dan Pancasila harga mati. Kalau mereka mau merubah konstitusi silahkan beranjak dari Indonesia. Kita tahu bersama pada tahun 1946, Indonesia hanya ada Jawa, Sumatera dan Madura. Bergabungnya Sulawesi, Kalimantan, Bali, Papua dulunya Irian, Maluku dan Nusa Tenggara merupakan ide yang cemerlang. Dengan pudarnya pemahaman Pancasila dan UUD 45, tanpa disadari ini berbuntut ke arah gagal paham dan gagal fokus. Setidaknya, di sekolah- sekolah mulai diaplikasikan dan dimantapkan lagi paham pancasila, begitu pula etika, PMP dan PSPB sampai pelajaran Geografi. Lantaran, ini kunci ampuh menangkal faha

Islam: Perdamaian dan Keadilan

Gambar
Untuk mencapai kehidupan yang adil dan beradab, kedamaian adalah syaratnya yang mutlak. Syarat ini adalah juga hak untuk setiap manusia. Tak hanya untuk urusan sosial, manusia butuh kedamaian dalam segala aspek kehidupannya, mulai dari ekonomi, politik, budaya hingga –dan ini yang kerap dilupakan—urusan spiritual. Khusus untuk urusan spiritual, Allah berulangkali mengingatkan manusia agar tak melupakan dan senantiasa bersyukur pada-Nya. Sebab Allah tak hanya membebaskan manusia dari kesulitan ekonomi, Ia menghilangkan sumber dari segala kesulitan, yakni ketakutan. Soal ini, Quran merekamnya dalam surat al Quraish (ayat 3-4), “Maka hendaklah mereka (kaum Quraisy) menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah), yang telah memberikan makanan pada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan”. Sebagian mufassir menjelaskan bahwa ayat di atas sesungguhnya sedang berbicara soal pentingnya kedamaian untuk kesempurnaan ibadah. Tidak mungkin manusia dapat berib

Tahukah? Islam Melarang Mencaci Pemerintah

Gambar
SIKAP ISLAMI TERHADAP PEMIMPIN YANG TERPILIH Bagaimana sikap Islami terhadap pemimpin terpilih, lebih-lebih yang tidak disukai? 1) Meyakini bahwa pemimpin tersebut terpilih semata-mata takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَكَذلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظَّالِمِيْنَ بَعْضًا بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ. (الأنعام : 129). “Demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan”. (QS. al-An’am : 129). Dalam menafsirkan ayat di atas, al-Imam Fakhruddin al-Razi berkata: اَلْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ: اْلآيَةُ تَدُلُّ عَلىَ أَنَّ الرَّعِيَّةَ مَتَى كَانُوْا ظَالِمِيْنَ، فَاللهُ تَعَالَى يُسَلِّطُ عَلَيْهِمْ ظَالِماً مِثْلَهُمْ، فَإِنْ أَرَادُوْا أَنْ يَتَخَلَّصُوْا مِنْ ذَلِكَ اْلأَمِيْرِ الظَّالِمِ فَلْيَتْرُكُوْا الظُّلْمَ. وَعَنْ مَالِكِ بْنِ دِيْنَارٍ: جَاءَ فِيْ بَعْضِ كُتُبِ اللهِ تَعَالَى: أَنَا اللهُ مَالِكُ الْمُلُوْكِ، قُلُوْبُ الْمُلُوْكِ وَنَوَاصِيْهَا بِيَدِيْ، فَم

WASPADA KELOMPOK RADIKAL, BUTUH PEMAHAMAN AGAMA YANG OTENTIK

Gambar
Fenomena kelompok radikal kembali merebak. Beberapa pekan terakhir ini sebuah gerakan GAFATAR (Gerakan Fajar Nusantara) masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, sebelum terjadinya peristiwa serangan bom di depan Mall Sarinah, Jl. MH Thamrin, Jakarta. Berkembangnya gerakan seperti GAFATAR maupun ISIS tersebut, tidak terlepas dari ideologi yang mengarah kepada perubahan. Tidak sedikit pula yang terpengaruh mengikuti gerakan tersebut, bahkan hingga masyarakat yang tergolong berpendidikan, namun masih minim pemahaman agama. Pada akhirnya masyarakat yang masih memiliki pemahaman agama yang rendah itulah yang mudah terperdaya dan mengikuti gerakan-gerakan radikal tersebut.          “Berkembangnya sebuah gerakan, tidak terlepas dari janji-janji yang mengarah pada perubahan. Terlebih mereka selalu menyuarakan jika mengikuti gerakan tersebut, ada jaminan masuk surga. Padahal sebenarnya, orang-orang yang memberikan janji-janji seperti itu pada dasarnya tidak mengiringi pendapatn

Hukum Hormat Bendera

Gambar
Darul Ifta' Al-Misriyyah mendapat pertanyaan tentang hukum berdiri untuk hormat bendera. . Mufti Mesir, Syaikh Syauqi Ibrahim Abdul Karim ‘Allam Hafizhahullah mengatakan: لا مانع شرعًا من تحية العلم والوقوف للسلام الوطني؛ فكِلاهُما تعبير عن الحب لرمز الوطن وعلامته وشعاره Tidak terlarang secara syariat penghormatan bendera dan berdiri untuk salam kenegaraaan. Keduanya merupakan ungkapan rasa cinta kepada simbol tanah air dan syiar-syiarnya … ولا يمكن القول بأن هذا من التعظيم المحرم؛ لأن التعظيم الممنوع هو ما كان على وجه عبادة المعظَّم، كما لا يمكن القول بأنه من التشبه بغير المسلمين المنهي عنه شرعًا؛ فالتشبه إنما يحرم فيما يتعلق بعقائدهم وخصوصياتهم الدينية إذا قصد المسلمُ بها التشبه Tidak mungkin ini dikatakan sebagai penghormatan yang diharamkan, sebab penghormatan yang dilarang itu adalah pengagungan dlm konteks ibadah, sebagaimana tidak mungkin juga disebut menyerupai non muslim yang telah dilarang oleh syariat, sebab tasyabbuh (penyerupaan) itu diharamkan dalam hal kaitannya

Peran Masyarakat dalam Melakuakan Kontra Radikalisme Harus Diperkuat

Gambar
Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhammad Abdullah Darraz memandang masyarakat Indonesia masih rentan dan belum bisa memilah secara jelas nilai keagamaan yang benar dan yang disalahgunakan. Situasi itu membuka celah peningkatan kejahatan terorisme, sehingga perlu bagi seluruh elemen masyarakat melakukan kontra radikalisme. "Kondisi kebangsaan kita sangat rentan disusupi kelompok teroris. Kita harus perkuat jangan sampai rentan," kata Darraz saat ditemui di studio Metro TV, Jakarta, Minggu (27/5/2018) malam. Salah satu langkah konkret adalah melalui pendidikan di berbagai tingkatan. Darraz meyakini pendidikan menjadi kunci untuk mencegah radikalisme. Misalnya, lembaga pendidikan harus membangun daya kritis generasi muda dalam mencerna informasi di dunia maya. Sebab, paham radikalisme juga disusupi lewat dunia siber. "Infiltrasi radikal melalui gadget, banyak sekali dari ajakan melakukan hijrah ke Irak, Suriah itu mengatasnamakan agama, kalau kita berpikir kritis, apa

KH Ma'ruf Amin: Ulama Indonesia Mampu Letakkan Hubungan Agama dengan Bangsa

Gambar
Ulama Indonesia terdahulu sudah mampu meletakkan hubungan agama dengan paham kebangsaan. Keduanya diletakkan pada posisi yang tepat dalam bingkai kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu diungkapkan Mustasyar PBNU KH Ma'aruf Amin pada acara silaturahmi dan tablig akbar, di Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan, Kecamatan VI Lingkungan Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (8/2).  Menurut Kiai Ma'aruf Amin, kalau masih ada pihak-pihak yang mencoba membenturkan agama Islam dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, berarti sudah ketinggalan.   "Ulama Indonesia ternyata mampu menyelesaikan hubungan antara agama Islam dengan paham kebangsaan. Padahal masih banyak negara yang penduduknya menganut agama Islam belum mampu meletakkan hubungan agama dengan paham kebangsaan," jelas Kiai Ma'ruf.  Dikatakan, Indonesia bersyukur melalui pendekatan yang dilakukan para ulama, tidak memilih hanya agama Islam saja, atau negara/bangsa saja. Tapi

AGAMA DAN SEJARAH KEKERASAN

Gambar
Apa hubungan agama dengan kekerasan? Kenapa agama yang mengajarkan damai, kedamaian dan harmoni tidak hanya antarmanusia, tetapi juga dengan lingkungannya dalam perjalanan sepanjang sejarah terlihat sering menjadi dasar dan justifikasi aksi kekerasan? “Di Barat pandangan bahwa agama secara inheren [mengajarkan] kekerasan sekarang telah diterima begitu saja (taken for granted) dan nyata dengan sendirinya (self-evident)… Yang begitu sulit terhapus adalah citra keimanan agama yang agresif dalam kesadaran sekuler kita sehingga kita secara rutin memuat dosa-dosa kekerasan abad 20 ke punggung ‘agama’ dan mendorongnya masuk ke dalam kebuasan politik”. Kalimat-kalimat itu adalah kutipan dari karya terbaru Karen Armstrong, Fields of Blood: Religion and the History of Violence (London: The Bodley Head, 2014). Karya terakhir Armstrong ini nampaknya harus dibaca dalam rangkaian dengan dengan bukunya yang lain:A History of God: The 4,000-Year Quest of Judaism, Christianity and Islam (1993); The B