Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Peneliti P3M: NU Lawan Radikalisme sejak Awal Kemerdekaan

Gambar
Sumber : Dutaislam.com Sejak awal kemerdekaan, Nahdlatul Ulama (NU) telah memiliki sikap yang nyata sebagai ormas yang moderat dan menolak terhadap radikalisme. Sikap nyata tersebut misalnya ditunjukkan NU dengan menolak keberadaan kelompok separatis dan radikalis seperti PRRI, Permesta, dan DI/TII. “Itu menurut saya cerminan yang sangat nyata. Sikap moderat NU, sikap nasionalisme NU dan sikap perlawanan NU terhadap radikalisme," kata peneliti senior Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Agus Muhammad, pada acara Diseminasi Hasil Penelitian INFID di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (24/10).  Penelitian itu dilakukan International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) pada Maret hingga Agustus 2019 dengan tema 'Peran Organisasi Islam Moderat dalam Menangkal Ekstremisme Kekerasan: Studi Kasus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah'. Agus mengemukakan, KH Idham Chalid ketika menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat pada 28 Oktober 1971 hingga 1 Oktobe

Cara Menghadapi Hinaan

Gambar
Sumber : Harakatuna Hinaan adalah sesuatu yang menyakitkan, yang harus dijauhi oleh seorang muslim. Biasanya alasan seseorang melakukan penghinaan terhadap seseorang dilantarai dari ketidaksukaan, berlanjut kepada kemarahan dan di akhiri dengan kebencian. padahalah dalam Alquran telah menyatakan janganlah ketidaksukaan engkau pada seseorang membuat engkau berlaku tidak adil. Seseorang muslim yang baik, haruslah mampu menahan untuk menghina dan mampu juga untuk tidak membalas hinaan. Nabi pernah berpesan jangan marah maka bagimu adalah surga. emang balasan yang sangat setimpal bagi orang yang mampu menahan marah akibat dihina atapun menahan marah karena ketidaksukaan. Efek paling bahaya yang ditimbulkan dari menghina adalah terjadinya tindak kekerasan yang berujung pada perang saudara. Terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia yang berbeda suku, etnis dan bahasa, mudah sekali disulut perpecahan kalau rasa toleransi dan rasa menahan marahnya menghilang. Menurut Hemat penulis, hinaan

Toleransi dan Sikap Pemaaf dapat Mencegah Penyakit?

Gambar
Sumber : Harakatuna Ketika berbicara toleransi, maka ingatan kita langsung etrtuju pada hubungan antar agama, ras, suku dan golongan. Selain itu, sebagaimana dijelaskan oleh Irwan Masduqi dalam Berislam Secara Toleran, bahwa toleransi merupakan nilai luhur yang diajarkan oleh agama Islam dan bahkan sudah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad Saw. Singkat kata, toleransi selalu dikaitkan dengan kondisi sosial-keagamaan, sementara aspek medis sedikit—jika tidak ingin dikatakan tidak ada sama sekali—membahas melalui perspektik medis atau kedokteran. Meskipun terlihat konyol, nyatanya antara toleransi dan bahkan sikap pemaaaf berkolerasi terhadap penyembuhan penyakit. Sungguh, ini merupakan mu’jizat yang luar biasa dari Alquran, yang kemudian dapat berimplikasi terhadap pencegahan penyakit. Alquran maupun hadis sangat banyak berbicara tentang menyeru manusia agar memaafkan kesalahan orang berbuat salah. Sifat pemaaf inilah yang seringkali tidak dimiliki oleh sebagian besar umat manusia. J

Demonstrasi Mahasiswa dan Langkah Menuju Umat Terbaik

Gambar
Sumber : Harakatuna Demonstrasi adalah salah satu cara untuk menyampaikan pendapat berupa kritik, saran dan tuntutan yang ditujukan kepada pihak yang terkait yang dilakukan secara ramai-ramai dan dimuka umum. Demonstrasi dianggap cara cepat untuk menyeru kepada kebaikan dan melawan kemungkaran. Dan cara inipun bisa memberikan tekanan bagi pihak yang ingin berbuat kerusakan untuk memikirkan kembali apa yang akan diperbuatnya. Sehingga hal  ini bisa membuat mereka kembali kejalur yang semestinya yaitu jalur kebaikan. Namun terkadang demonstrasi berujung kepada bentrok dengan aparat dan perusakan fasilitas umum. Tentu hal yang seperti ini tidak kita inginkan. Sekarang ini banyak terjadi demonstrasi diberbagai tempat yang dilakukan oleh mahasiswa. Di Yogyakarta pusat demonstrasi terjadi di jalan Gejayan. Di Semarang pusat demonstrasi berada di depan gedung DPRD Jawa Tengah. Dan yang menjadi pusat demonstrasi nasional adalah Senayan. Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi ini dipicu o

Usir Ideologi dan Paham Radikalisme dari Indonesia

Gambar
Sumber : Harakatuna Maraknya perkembangan paham radikalisme yang tidak terkendalikan di Indonesia sangat meresahkan seluruh masyarakat. Dari dulu, radikalisme, terorisme, dan ekstrimismemenjadi musuh bersama bangsa ini. Namun demikian, hanya pada rezim inilah permasalahan tersebut dinilai kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Sirodj meminta pemerintah lebih tegas menghadapi kelompok radikal. Pasalnya, menurut Kiai Said, selama ini kepolisian dianggap kurang serius bahkan cenderung melakukan pembiaran atas kasus radikalisme ini. Selain Kiai Said dan KH Ma’ruf Amin, hadir juga dalam acara tersebut, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dan Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan ribuan jamiyah Nahdlatul Ulama. “Oleh karena itu dari mimbar ini, NU meminta agar kepolisian Indonesia lebih tegas lagi menghadapi kelompok ekstrimis

Kenapa Masyarakat Diaspora Rentan Radikalisme?

Gambar
Sumber : ruangngobrol.id Sampai sekarang, tidak ada jawaban pasti dari pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Tapi paling tidak yang pertama mesti ditekankan di sini, bahwa radikalisme itu tidak sama dengan kegairahan beragama. Jadi begini, misal; orang yang dulunya jarang salat, tidak pernah puasa, ketika muda merasa banyak dosa kemudian memilih “hijrah”, itu tidak serta merta diklasifikasikan sebagai gejala radikalisme. Radikalisme yang dimaksud di sini adalah emosi berlebih untuk merasa lebih bersih, lebih asli. Seolah-olah, yang tidak sama dengan mereka adalah musuh. Hal itu diungkapkan Noor Huda Ismail, pembuat film dokumenter “Pengantin” ketika dilakukan pemutaran dan diskusi film itu di Singapura, Minggu kemarin. Pesertanya mbak-mbak BMI (buruh migran Indonesia). Mereka antusias, sekaligus sudah pintar-pintar berbahasa Inggris maupun Mandarin. Saat sesi diskusi, Huda mengemukakan, manusia itu pada dasarnya “tribal”. Artinya, lebih senang berkumpul, berbagi dan mengi

Mengoptimalkan Fungsi Masjid Seutuhnya

Gambar
Sumber : Harakatuna Dewasa ini umat Islam berupaya dengan segenap tenaga, harta, dan fikirannya untuk terus-menerus mengupayakan pembagunan masjid di berbagai daerah.  Masjid-masjid berukuran besar maupun kecil sudah sering bermunculan. Upaya pembagunan dan renovasi masjid lama ternyata tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas spriritualitas umat Islam. Yang ada masjid megah “kering” kegiatan. Tentu ini menimbulkan persoalan mendasar terkait eksistensi masjid saat ini. Bagaimana tidak, masjid yang dibangun begitu banyak dan megah yang seharusnya dimanfaatkan untuk perihal keagaamaan dan sosial kemasyarakatan justru malah digunakan tempat istirahat, melepaskan penat setelah melakukan perjalanan jauh dan sejenisnya. Ketika Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapan pelapah kurma. Dari sana beliau mulai sedikit demi sedikit berdakwah dan seiring bertambahnya pengikut, Nabi memb

Inilah Kelemahan Tri Tauhid

Gambar
Sumber : Harakatuna Sebagian kelompok umat Islam ada yang meyakini tauhid (mengesakan Allah swt) itu ada tiga macam. Ketiga macam antara lain adalah tauhid rubiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma dan sifat. Kelompok yang gencar menyebarkan konsep tri tauhid ini adalah mereka yang berfaham Islam puritan. Mereka yang mengagungkan pemikiran Ibnu Taimiyah (w. 738 H). Bermula dari gagasannya lah konsep tri tauhid muncul ke permukaan dunia teologi Islam. Konsep ini mereka landaskan pada sebuah dialog Nabi saw kepada kaum Musyrikin tentang siapa yang menciptakan langit dan bumi sebagaimana tercatat dalam QS al-Zumar [39]: 38. Mereka beristinbath bahwa kaum Musyrik juga meyakini adanya Allah swt. Sehingga mereka juga dinilai bertauhid meskipun Musyrik. Aneh memang. Berikut di antara kelemahan-kelemahan konsep tri tauhid; Tauhid adalah La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah. Sebagaimana disebutkan secara jelas dalam Al-Quran maupun sunah. Lihat QS Muhammad [47]: 19 dan QS al-Fath [48]: 13

Gus Ishom: Sistem Khilafah Hanya Ilusi

Gambar
Sumber : Harakatuna Setelah Rasulullah wafat, para sahabat segera bermusyawarah untuk memilih pengganti dan pelanjut estafet kepemimpinan beliau (khalifah) dari suku Quraisy. Sebagian orang Islam menjadikan peristiwa bersejarah ini sebagai salah satu dalil acuan untuk mewajibkan upaya menegakkan sistem khilafah dan kewajiban menunjuk khilafah. Sebagian dari umat Islam ini juga apriori, tidak mengabsahkan dan bahkan berjuang keras untuk meruntuhkan setiap bentuk dan sistem lainnya. “Saya tidak mengingkari peristiwa bersejarah tersebut, namun itu tidak lagi sejalan dan relevan dengan konteks politik kekinian. Misalnya syarat imam harus dari suku Quraisy itu sudah tidak mungkin bisa diterapkan lagi sekarang ini karena sistem khilafah kini tidak lagi berlaku dan diakui keabsahannya. Sedangkan sistem negara dalam dunia politik modern lebih memilih nation state apapun bentuknya,” tegas Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin, Jumat (30/9). Karena itu, menurutnya, saat ini tidak ada satu

Medsos dan Jalan Pintas yang Tak Pantas

Gambar
Sumber : Harakatuna Ada pepatah Arab yang berbunyi: bul ‘ala zamzam, artinya “kencingilah air zamzam”. Ungkapan ini bermakna sebagai jalan pintas untuk meraih popularitas yang bisa ditempuh oleh seseorang jika ingin cepat terkenal seantero dunia, maka lakukanlah suatu aktivitas yang oleh akal sehat dianggap tidak etis. Makna dari pepatah tersebut juga memiliki relevansi dengan situasi mutaakhir di sekitar kita, terutama dalam aktivitas media sosial (medsos). Banyak orang terkenal lantaran kepopulerannya di medsos, baik positif maupun negatif. Hal yang positif tentu tidak mempunyai relasi langsung dari uangkapan di atas. Karena itu, ungkapan bul ‘ala zamzam tentu saja bukan perintah atau anjuran yang perlu dicoba, tetapi justru perlu dihindari. Namun sebaliknya, perangai negatif yang ditunjukkan oleh seorang pengguna medsos untuk menyatakan tidak setuju kepada pendapat atau perkara tertentu, misalnya, seringkali disampaikan dengan cara-cara yang tidak sopan atau dalam terminologi

Mewaspadai Wahabisme di Media Sosial

Gambar
Sumber : Harakatuna Sudah mafhum, kehadiran teknologi telah menjadikan manusia buta akan realitas. Eksistensia manusia modern berintegrasi dengan teknologi dalam relasinya. Benar, pada era modernisasi dan globalisasi ini, manusia tak ubahnya berada dalam dunia teknologi. Hampir dalam keseharian hidupnya, manusia melibatkan teknologi. Dengan teknologi itu, aktifitas manusia menjadi lebih mudah, kompleks, dan efisien. Don Ihde (1934), seorang filsuf teknologi Amerika mengatakan bahwa, teknologi turut menentukan eksistensi manusia. Faktisitas eksistensi manusia selalu berhadapan dengan dua kemungukinan situasi eksistensial, yaitu mengalami otentisitas atau inotentisitas.  Sejak awal, Martin Heidegger (1889-1976) salah seorang filsuf Jerman, telah mengatakan dengan penjelasan-penjelasan fundamental tentang manusia dan teknologi. Melaui filsafat fenomenologinya, Heidegger memberikan pemahaman dasar tentang manusia dan teknologi. Bagi Heidegger, teknologi telah menjadi ‘dunia’ bagi man

Memproteksi NKRI

Gambar
Sumber : Harakatuna PEMBUBARAN Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang diumumkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto pada 8 Mei lalu menuai polemik di masyarakat. Yang semula dianggap merupakan sikap tegas pemerintah Joko Widodo malah direspons sebagai sikap kegamangan pemerintah dalam memproteksi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Problem utama ialah pada posisi pemerintah yang cenderung bersikap kompromi dalam ranah politik-hukum. Pada satu sisi, pemerintah tidak ingin terlihat bersikap otoriter dengan melanggar nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan negara hukum. Pada sisi lain, pemerintah kesulitan mengontrol pergerakan aktivitas HTI yang semakin menggeliat. Sudah sejak lama banyak kalangan memperingatkan pemerintah akan bahaya HTI vis-a-vis NKRI. Sekarang HTI sudah merasuk ke kalangan aktivitas kampus, halakah, pejabat, bahkan purnawirawan militer. Kegamangan itu semakin terlihat ketika pemerintah khawatir dianggap meluka

Negara Pancasila dan Khilafah

Gambar
Sumber : Harakatuna Belakangan ini pembicaraan soal konsep negara-bangsa kembali menghangat. Tak kurang dari beberapa tokoh mengemukakan pendapat, bahkan sebagian sudah banyak yang mengamini dan berpendapat bahwa dasar negara harus ditinjau ulang kembali. Dalam hemat saya, fase ini sebuah kemunduran. Jika kita kembali pada perdebatan tentang dasar negara, berarti kita bukan saja tidak maju, malah sebaliknya kita mengalami kemunduran yang sangat signifikan, bahkan menyedihkan. Benar kata Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Ilusi Negara Islam bahwa nasionalisme yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 merupakan bentuk final dan konsensus nasional (muahadah wathoniyah) bangunan kebangsaan kita bukanlah merupakan sikap oportunisme politik. Sikap itu terlahir dari kesadaran sejati yang diaraskan pada realitas historis, budaya, tradisi bangsa, dan ajaran agama yang kita yakini. Jika kita cermati lebih dalam

Masjid Instansi Pemerintah Terpapar Paham Radikal

Gambar
Sumber : Harakatuna Siapa yang tak terkejut ketika mendengarkan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ada beberapa Masjid di kantor pemerintah telah terpapar paham radikal? Namun apa mau dikata. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) pada 29 September sampai 21 Oktober 2017 menyebutkan ada 41 Masjid di lingkup kementerian, lembaga, dan BUMN terpapar paham radikal. Penelitian yang dihelat lembaga yang berafiliasi dengan NU itu dilakukan pada saat diberlangsungnya sholat jumat di 100 masjid kementerian, lembaga negara, dan BUMN. penelitian tersebut fokus menyoroti konten-konten yang dibawakan khatib saat khutbah. Secara khusus, tersebut mengungkapkan bahwa materi yang dibawakan khatib terdapat unsur radikalisme. Berdasarkan temuan, indikator muatan konten radikalisme dapat terlihat dengan sangat jelas ketika khutbah jumat disampaikan oleh khatib. Topik radikal yang paling populer adalah uja

Tips untuk Mahasiswa Baru Agar Tak Terpapar Paham Radikal

Gambar
Sumber : Harakatuna Diakui atau tidak, radikalisme sudah menyebar sedemikian rupa ke hampir seluruh lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Sasaran kelompok radikalis zaman now dan zaman old pun turut berubah. Jika dulu radikalisme masih sekedar menyasar pada seorang atau kelompok yang memiliki pemikiran keislaman matang yang semangat beragamanya menggebu-gebu (fundamentalis-tekstualis), namun sekarang, justru mereka mencari “pangsa lain”, yaitu orang yang pemikirannya belum matang. Begitulah kelompok radikalis, selalu membingungkan! Begitu pun pola gerakan kelompok radikal; selalu berubah, baik basis dan narasinya. Sekarang, gerakan kelompok radikal sudah menyasar ke lini strategis seperti kampus. Radikalisasi yang sudah menyasar ke kampus-kampus tak hanya terkonfirmasi melalui berbagai survei, namun memang sudah diutarakan oleh berbagai pihak secara langsung. Berkali-kali Harakatuna mendapatkan laporan dari pihak kampus, seperti pengurus BEM dan organisasi mahasiswa, tentang men

Menangkal Ideologi Terorisme Sejak Usia Dini

Gambar
Sumber : Harakatuna Dunia anak adalah dunia bermain. Anak-anak sebagai tunas bangsa, secara psikologis dan sesuai perkembangannya, sudah selayaknya dibiarkan untuk bermain dan mencari teman sebanyak-banyaknya. Anak merupakan aset bangsa yang tidak ternilai harganya, sehingga berhak mendapatkan perlakuan yang istimewa. Beberapa waktu yang lalu, mencuat kasus bocah umur 11 tahun asal Indonesia bernama Hatf Saiful Rasul yang harus meninggalkan bangku sekolahnya dan memilih terbang ke Suriah untuk menjadi militan ISIS. Sungguh ironis, masa kecil anak-anak yang seharusnya bisa mengenyam pendidikan dan merayakan suasana kecerian dan cinta kasih sayang, justru menjadi masa-masa yang sangat mengerikan di usia belianya. Sebagaimana diberitakan harakatuna, Senin (11/9/2017), Hatf Saiful Rasul adalah salah satu dari 12 orang terdiri dari delapan orang guru dan empat orang pelajar yang menjadi militan ISIS di Suriah. Namun, nasib malang menimpa bocah tersebut. Bersama tiga militan lainnya, Ha

Intoleransi dan Radikalisme di Instansi Negara Harus Dilawan Bersama

Gambar
Sumber : Harakatuna Kepala Badan Litbang serta Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama RI Abdurrahman Mas’ud menilai, untuk menyelesaikan persoalan intoleransi dan radikalisme yang ada di instansi pemerintahan maka perlu kerjasama antar lembaga negara. Abdurrahman menjelaskan, di Kemenag ada Direktorat Pendidikan Agama Islam yang bertugas untuk menentukan dan membuat kurikulum terkait dengan materi pelajaran agama di sekolah-sekolah madrasah. Dari sini, Kemenag bisa melakukan intervensi agar pelajaran agama yang ada tidak menimbulkan masalah intoleransi dan radikalisme. “Melakukan intervensi-intervensi yang baik untuk mengatasi persoalan ini,” kata Abdurrahman di Hotel Sari Pan Pasific Jakarta, Senin (23/10). Ia menambahkan, meski kelompok intoleran dan radikalisme yang ada di instansi negara minoritas tersebut tetapi kalau mereka menempati posisi yang strategis maka itu akan sangat berbahaya. “Intoleransi semakin nyata sekarang ini,” ucapnya. Ia menekankan, untuk menyelesa

Khilafah dan NKRI Bersyariah Bertentangan dengan Keputusan Ulama Sepuh NU

Gambar
Sumber : Harakatuna Sejarah telah membuktikan, peran Nahdlatul Ulama dalam mempertahankan NKRI tidak perlu diragukan lagi. Para ulama dan santri telah berkorban jiwa raga sejak bangsa ini belum merdeka. Bahkan, sampai saat ini pun Nahdlatul Ulama tetap konsisten terhadap sikap tasamuh kebhinekaan yang terus digelorakan untuk menjaga keutuhan NKRI memlalui penerimaannya terhadap ideologi Pancasila yang sudah final. Artinya, NKRI bagi Nahdlatul Ulama sudah harga mati. Akhir-akhir ini, ada sebagian kelompok Islam yang bernama HTI yang secara massif bercita-cita mendirikan Khilafah Islamiyah. Atau ada juga FPI melalui Imam Besarnya, yang Mulia Habib Rizieq Syihab yang sering menyebut konsep NKRI Bersyariah. Tentu hal ini tidak menjadi masalah sebagai bagian kebebasan berpendapat dan akan mewarnai dinamika berfikir masyarakat. Tetapi sekali lagi tentu dua konsep di atas, Khilafah dan NKRI Bersyariah bertentangan dengan cita-cita ulama sepuh NU. Khilafah versi HTI adalah kepemimpinan u

Kiai Said Jelaskan Empat Macam Jihad

Gambar
Sumber : Harakatuna Selama ini jihad seringkali dipahami sebagai gerakan angkat senjata untuk melawan musuh ataupun non-muslim. Oleh karena itu, banyak kekerasan dan terorisme yang melakukan gerakan-gerakan radikal kekerasan dengan mengatasnamakan jihad. Benarkah jihad dalam Islam sama seperti yang dimaksud oleh para terorisme itu? Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menjelaskan, sebagaimana yang disebutkan di dalam kitan Fathul Mu’in maka sejatinya jihad itu ada empat macam. Pertama, jihad yang bermakna untuk mengajak orang untuk beriman kepada Allah. Tentu dengan cara-cara yang baik, tidak dengan cara-cara yang kasar dan memaksa. “Kedua, jihad dengan makna untuk mengajak umat Islam untuk menjalankan kewajibannya atau beribadah,” kata Kiai Said di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, Sabtu (21/10) malam. Ketiga, jihad angkat senjata untuk melawan musuh yang menyerang Islam. Dan keempat, jihad dengan makna memberikan perlindungan, makanan, minuman, dan

Sofi Mubarok: Khilafah Bukan Ajaran Nabi, Tapi Persoalan Ijtihadi

Gambar
Sumber : Harakatuna Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menggembar-gemborkan harus kembali ke masa kejayaan Islam. Hal itu dilakukan demi tegaknya khilafah. Muhammad Sofi Mubarok menyatakan, bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan konteks kesejarahan Indonesia. Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam bedah buku khilafah yang diselenggarakan oleh Badan Semi Otonom (BSO) Penalaran FISIP Universitas Airlangga Surabaya pada Jumat (29/9/2017) di Auditorium Fakultas Hukum Univesitas Airlangga, Surabaya, lantai 3. “HTI mengatakan kita harus kembali ke masa keemasan Islam. Ini sangat tidak tepat dengan akar dan historitas bangsa Indonesia. Kejayaan Islam jelas di Timur Tengah, kalau dalam konteks Indonesia kejayaan ada pada zaman Majapahit, Sriwijaya dan lain. Kejayaan seperti apa yang diinginkan HTI tidak ada rujukan historis dan terkesn dipaksakan,” katanya. Penulis buku Kontroversi Dalil-dalil Khilafah itu juga mengatakan, bahwa khilafah bukan bagian dari ajaran Nabi, melainkan p