Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Argumentasi Penerimaan Konsep Negara Bangsa

Gambar
Kesadaran berbangsa muncul atas dasar kondisi senasib sepenaggungan yang menimpa bangsa Indonesia karena kolonialisme yang tidak berperikemanusiaan. Kesadaran kolektif sebagai sebuah bangsa perlu dibangunkan dan digerakkan sehingga Indonesia mempunyai kekuatan dalam upaya melepaskan diri dari kungkungan penjajah. Kesadaran sebagai satu bangsa ini yang menjadi alasan mendasar bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia bukan hadiah dari penjajah, tetapi hasil dari perjuangan dan pengorbanan seluruh elemen bangsa, tak terkecuali. Di antara kelompok yang kerap bersinggungan dengan penjajah ialah kalangan pesantren, kiai dan santri. Sebab itu, kalangan ini hingga sekarang mengerti dan paham bagaimana menjaga Indonesia. Termasuk dari rongrongan kelompok yang berusaha melakukan bughot (pemberontakan) terhadap eksistensi negara. Sejarah mencatat, Nahdlatul Ulama merupakan organisasi terdepan yang menolak pemberontakan DI/TII, PRRI/Permesta maupun PKI karena menolak dasar negara yang telah menjadi

Gagal Paham Bendera Rasulullah

Gambar
P embakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid oleh beberapa oknum BANSER Garut menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Pro-kontra mewarnai aksi yang bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2018. Banyak pihak, mulai dari ormas Islam, tokoh masyarakat, politisi, masyarakat umum, sampai netizen ikut mengungkapkan pandangannya. Mayoritas mengkritik habis-habisan, tetapi tak sedikit pula yang tak ikut menyalahkan BANSER. Terdapat alasan kuat di balik pro-kontra aksi pembakaran. Pihak pro mengatakan bahwa itu adalah bendera HTI, ormas Islam terlarang. Sementara yang kontra menganggap bendera tersebut adalah bendera Rasulullah. Lantas mana pendapat yang paling sesuai bila dilihat dari konteks komunikasi antarbudaya? Makna dan Fungsi Bendera Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bendera diartikan sebagai sepotong kain atau kertas segi empat atau segitiga (diikatkan pada ujung tongkat, tiang, dan sebagainya) dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, badan, dan sebaga

Santri Menjaga Indonesia dari Gerakan Kaum Islamis Jihadis

Gambar
Hari Santri 2018 pada 22 Oktober telah berlalu, tetapi perayaan dan perdebatan mengenai hal tersebut masih terus berlangsung. Di beberapa daerah masih melaksanakan perayaan Hari Santri dengan berbagai bentuk kegiatan, mulai istighotsah, shalawatan, pawai sampai pentas seni religi. Selain itu perdebatan mengenai Hari Santri dan eksesnya juga masih berlangsung di media sosial. Untuk menemukan spirit Hari Santri dengan berbagai peristiwa yang terjadi selama perayaan Hari Santri berlangsung kita perlu menggali berbagai makna yang ada di balik Hari Santri. Perayanaan Hari Santri terkait dengan peristiwa Resolusi Jihad yang dikumadangkan oleh KH Hasyim Asy’ari yang kemudian dianggap menjadi bara  pengobar semangat jihad para santri dan masyarakat melawan sekutu (Inggris) dan Belanda yang ingin kembali menjajah. Ada beberapa makna penting di balik peringatan Hari Santri. Pertama, Hari Santri membongkar peran santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selama ini peran sejarah s

Kader NU Harus Menjaga NKRI dari Serangan Radikalisme dan Terorisme

Gambar
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ma'ruf Amin mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan demi mewujudkan Indonesia yang damai. Pasalnya, sejarah berdirinya Indonesia ini tidak bisa terlepas dari peran santri NU. "Kader NU harus menjaga NKRI dari serangan radikalisme dan terorisme. NU siap menjadi garda terdepan dalam mengawal NKRI. Ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) boleh saja hilang di negara lain, tapi di Indonesia ini Aswaja harus tetap ada hingga kiamat," tegas KH Ma'ruf Amin, saat memberikan sambutan pada acara istighotsah kubro di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Ahad (28/10). Menurutnya, saat tentara sekutu menduduki kembali republik ini tahun 1949, saat itu TNI dan Polri belum terkonsolidasikan dengan baik. Menurutnya, dengan semangat juang membela NKRI, melalui Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari memberikan fatwa bahwa jihad membela negara dan melawan penjajah hukumnya Fardhu A'in. "Usai menerima fatwa dar

Terorisme: Irrasionalitas Kekerasan Agama

Gambar
Salah satu pertanyaan penting yang banyak dilontarkan para pengamat isu radikalisme-terorisme adalah apa yang menyebabkan seseorang akhirnya menjadi seorang radikalis-teroris? Banyak yang meyakini bahwa fenomena radikalisme-terorisme keagamaan tidak semata-mata dipicu oleh faktor agama. Fakta di lapangan menunjukkan beragamnya latar belakang orang berubah dari “orang baik-baik” menjadi seorang teroris.  Agama hanyalah menjadi salah satu faktor. Ada faktor psikologis, sosial, budaya, politik, dan ekonomi yang mudah sekali ditemukan. Misalnya, ada orang yang masuk ke dalam kelompok teroris karena ketika kecil, dia menyaksikan orang tuanya dizalimi oleh rezim penguasa. Ada juga orang yang menjadi teroris karena kondisi ekonomi yang menyedihkan.  Sekalipun demikian, penjelasan di atas tetap belum bisa menjawab, mengapa seseorang karena keterjepitan ekonomi, misalnya, memutuskan untuk menjadi seorang radikalis, bahkan teroris. Atau, mengapa ketidakpuasan terhadap sistem ekonomi kapitali

Islam Smart, Jangan Pernah Mau Dibohongi

Gambar
Dalam setiap aksi demo, HTI selalu menggunakan bendera hitam dengan klaim bahwa itu adalah bendera tauhid dan Panji Rasulullah. Pertanyaannya, benarkah bendera hitam itu Panji Rasulullah? Saya coba cek dan ketemu pandangan Gus Nadirsyah Hosen, seorang dosen di FH di Australia, sekaligus Rais Syuriah NU di Australia dan New Zealand, seperti yang saya kutip di duta.co. “Jangan mau dibohongi HTI dan ISIS..” Kata Gus Nadir. Bendera Rayah, bendera warna hitam, adalah bendera perang dan yang membawanya adalah pemimpin perang. Bendera ini biasanya diserahkan khalifah pada pemimpin perang dan komandan2 lainnya. Dan HTI memahami itu melalui riwayat Thabrani, Hakim, dan Ibnu Majah. Gus Nadir berkata bahwa secara umum hadis2 yang menjelaskan warna bendera Rasul dan tulisan di dalamnya adalah hadis yang tidak berkualitas, atau tidak shahih. Riwayatnya pun berbeda-beda. Ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja. Ada juga riwayat yang bilang hitam dan putih, bahkan ada yang kunin

Mitos Bendera HTI dan Perampokan Kalimat TauhidOleh M Abdullah Badri

Gambar
Dalam bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dari sononya memang sudah menyiratkan makna dan bentuk. Makna ada dalam kalimat tauhid. Tercermin dari bahasa yang digunakan bendera. Bentuknya adalah bendera yang berwarna putih atau hitam, yang disebut sebagai royah dan liwa’. Naifnya, bendera itu mereka klaim dari Rasulullah. Ini distorsi dan pembelokan. Dalam kajian mitologi, bendera HTI itu disebut sebagai mitos. Bukan mistis yah. Tapi mitos, ilmu tentang tanda. Adanya penanda bendera, berarti ada motivasi, kehendak dan permintaan yang dijadikan petanda. Melalui penanda bendera, petanda yang ia adalah motivasi gerakan makar ideologis HTI, sengaja disamarkan atau dinaturalisasikan sehingga yang tampak di muka hanya bentuknya, bendera yang diklaim milik umat Islam. Roland Barthes dalam bukunya Mythologies (1983) menyebut mitos sebagai yang “terlalu samar untuk dikenali, atau terlalu gamblang untuk langsung diyakini”. Ia hanyalah sebuah infleksi (pembelokan) dan pengkhianatan bahasa. (L

BENDERA ISIS DAN HTI BUKAN BENDERA ISLAM, BUKAN BENDERA TAUHID, BUKAN PULA BENDERA RASUL!

Gambar
ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan rayah-nya Rasulullah. Benarkah? enggak! Kalau klaim mereka benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya ? Secara umum hadits-hadits yang menjelaskan warna bendera Rasul dan isi tulisannya itu tidak berkualitas shahih. Riwayatnya pun berbeda-beda: ada yang bilang hitam saja, ada yang bilang putih saja, ada riwayat yang bilang hitam dan putih, malah ada yang bilang merah dan juga kuning. Riwayat lain bendera itu gak ada tulisan apa-apa. Jadi gak ada tulisan tauhidnya, cuma kosong saja. Riwayat lain bilang ada tulisan tauhidnya. Riwayat seputar ini banyak sekali, dan para ulama sudah memberikan penilaian. Secara umum tidak berkualitas sahih. Dalam sejarah Islam juga kita temukan fakta yang berbeda lagi. Ada yang bilang Dinasti Umayyah pakai bendera hijau, Dinasti Abbasiyah pakai hitam, dan pernah juga berwarna putih. Apa mau bilang para Khalifah ini tidak men

SEJARAH PEMBAKARAN TULISAN BASMALAH DAN LAFAL AGUNG

Gambar
 يكره (إحراق خشب نقش به) أي بالقرآن، نعم إن قصد به صيانة القرآن فلا كراهة وعليه يحمل تحريق عثمان رضي الله عنه المصاحف. وقد قال ابن عبد السلام من وجد ورقة  فيها البسملة ونحوها لايجعلها في شق ولا غيره لأنه قد تسقط فتوطأ وطريقه أن يغسلها بالماء أو يحرقها بالنار صيانة لاسم الله تعالى عن تعرضه للامتهان (اسنى المطالب للشيخ عز الدين ابن عبد السلام) “Dimakruhkan membakar kayu yang terdapat ukiran Al-Qur’an di permukaannya. Akan tetapi, tidak dimakruhkan (membakar) bila tujuannya untuk menjaga Al-Qur’an. Atas dasar itu, pembakaran mushaf-mushaf yang dilakukan Utsman bin Affan dapat dipahami. Ibn Abdil Salam mengatakan, orang yang menemukan kertas bertulis basmalah dan lafal agung lainnya, janganlah langsung merobeknya hingga tercerai-berai karena khawatir diinjak orang. Namun cara yang benar adalah membasuhnya dengan air atau membakarnya dengan tujuan menjaga nama Allah dari penghinaan.” Wallahu a’lam. #muslimsejati 

JANGAN NODAI KESUCIAN ISLAM

Gambar
Seorang ulama Mesir yang bernama Muhammad Abduh berkata: Al Islam mahjubun bil muslimin,  keindahan Islam tertutup oleh tingkah laku kaum muslimin. Ada sebuah kenyataan yang berbeda dalam tubuh umat Islam,  karena ulah tingkah yang keliru dari sekelompok orang terjangkit pemahaman ghuluw fiddin (ekstrim dalam agama).  Islam yang merupaka ajaran yang Indah berubah menjadi agama yang sangat kejam dan menakutkan.  Sebagai sebuah pengalaman yang pernah saya alami, saya ingin menjadi muslim seutuhnya.  Aqidah yang bersih,  ibadah yang shahih dan akhlak yang mulia adalah sesuatu yang sangat saya dambakan.  Sejak tahun 1984 saya masuk dalam sebuah gerakan Islam yang tujuannya mulia ingin menegakkan kebenaran.  Tanpa sadar dengan doktrin yang kaku akhirnya menghantarkan saya pada kelompok yang berfaham khawarij.  Dimana faham ini sangat mudah mengkafirkan orang lain yang tidak satu kelompok dengannya. Dan mudah mengkafirkan orang yang berbeda pendapat dengannya.  Efek negatif yang muncul ada

MENGHADIRKAN KEMBALI KERUKUNAN

Gambar
Intoleransi masih kerap dilakukan oleh orang-orang yang memiliki penyakit akut dalam keberagaman. Kasus-kasus baru selalu saja hadir, membuat kita perlu membuat langkah yang lebih baik untuk menanganinya. Dua peristiwa terakhir dapat menggambarkan problem keberagaman di masyarakat. Berdasarkan laporan tempo.co, Pada Jumat, 12 Oktober 2018, sekelompok orang merusak persiapan acara yang akan digunakan untuk upacara sedekah laut di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta.Kegiatan sedekah laut sejatinya akan dilaksanakan Sabtu, 13 Oktober 2018. Selain merusak perlengkapan adat sedekah laut, kelompok ini juga memasang spanduk dengan tulisan “Kami menolak semua kesyirikan berbalut budaya, sedekah laut atau selainnya”. Hanya dalam kurun waktu 3 hari, kembali hadir tindakan intoleransi. Pada 15 Oktober 2018, terjadi upaya pengusiran terhadap salah seorang tokoh agama yang akan memberi ceramah di Manado. Puluhan orang, yang mengklaim merupakan kumpulan ormas adat, berdatangan ke Bandara Sam Ratu

Makna Resolusi Jihad Menurut Bupati Tegal

Gambar
Pelaksana Tugas Bupati Tegal Hj Umi Azizah mengatakan, adanya kirab resolusi jihad mengandung makna bahwa pemerintah RI tidak hanya mengajak seluruh Warga Negara Indonesia untuk mengenang jasa para alim ulama, para kiai, dan santri terhadap lahirnya Negara kita tercinta Indonesia.  Hal itu dikatakan Hj Umi Azizah saat menyambut kirab Resolusi Jihad RMI NU Kabupaten Tegal di Pendopo Kecamatan Balapulang, Jumat (19/10). "Yang penting adalah mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia, bahwa Indonesia tidak akan mungkin lahir Ketika tidak ada kebersamaan dari seluruh komponen yang ada termasuk di dalamnya jika tidak ada para alim, ulama dan santri," tandasnya. Untuk itu, kata Umi, kewajiban kita terhadap perjuangan para pendahulu. Yakni Mari kita terus bersatu padu, bahu membahu sesuai kemampuan kita, merawat dan menjaga hasil perjuangan yang tidak lain adalah mengamankan dan menjaga kondusifitas NKRI. "Karena keamanan adalah pilar untuk mewujudkan cita-cita muli

Pentingnya Integrasi Pelajaran Agama dan Kebangsaan di Sekolah

Gambar
Di antara problem bidang pendidikan di sekolah formal yang belum terselesaikan adalah belum adanya interkoneksi secara harmonis antar matapelajaran (mapel), khususnya mapel Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama Islam. Maka patut dipertanyakan, sudah tepatkah konten materi mapel Pendidikan Pancasila atau PKN untuk menanamkan rasa nasionalisme dan patriotisme peserta didik seraya juga membentuk kepribadian dan sikap religius peserta didik? Sudah tepatkah mapel PAI sebagai materi yang membekali siswa menjadi manusia yang taat beragama dan menjalankan syariat agama dengan benar, tapi sekaligus juga menjadi warga negara yang baik, punya rasa kebangsaan dan mencintai tanah air Indonesia? Terbentuknya integrasi dan jalinan yang harmonis pada dua mapel di atas merupakan hal krusial, pasalnya kedua mapel ini termasuk berkaitan dengan ideologi dan falsafah hidup yang akan dipegang peserta didik sampai kelak ketika mereka sudah menjadi masyarakat dan warga bangsa. Munculnya paham radik

Antisipasi Bahaya Paham Radikalisme

Gambar
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bangka mewaspadai bahaya radikalisasi agama yang bisa terjadi di Kabupaten Bangka. Apalagi pengeboman sudah terjadi dibeberapa daerah seperti Bom Bali I tahun 2012, JW Mariot tahun 2003, Kedubes Australi 2004, Bom Bali II tahun 2005, JW Marriot dan Ritz Carlton tahun 2009, Masjid Az-Dzikra Cirebon tahun 2011, Sarinah Jakarta tahun 2016, Mapolresta Solo tahun 2016, Kampung Melayu tahun 2017 serta Surabaya dan Sidoarjo tahun 2018. Untuk menyikapi maraknya paham radikalisme ini MUI Kabupaten Bangka mengelar sosialisasi bahaya radikalisme agama, Kamis (18/10/2018) di Hotel Manunggal Sungailiat. "MUI Kabupaten Bangka tidak ada perintah apapun tetapi inisiatif sendiri bahwa majelis ulama itu suatu organisasi Islam yang sah di negeri ini diakui pemerintah tetapi dengan upaya-upaya kita menghindari isu-isu yang sedang populer seperti radikalisme, hoax, ujaran kebencian itu mengarah ke hal-hal negatif. Kita yakin di Bangka tidak seperti di daerah

Lawan Radikalisme dengan 4 Senjata Penangkal

Gambar
Mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafi`i Ma`arif menyebutkan bahwa gerakan radikal Islam memang ada di Indonesia. Faktor kemunculannya bisa berbagai macam, mulai dari kekuasaan yang otoriter, rasa keadilan yang tidak ada, hingga berkembangnya penyakit sosial di masyarakat. Namun, ada juga radikalisme yang lahir dari sebuah rekayasa. Artinya keberadaannya sengaja dibentuk oleh kelompok tertentu untuk tujuan tertentu. Kelompok radikal adalah orang-orang nekat yang tak mampu memetakan masa depan dirinya. Mereka kecewa dengan situasi yang tak kondusif. Mereka juga kesal dengan tersumbatnya saluran komunikasi. Itulah sebabnya, mereka muncul menjadi gerakan radikal. Lantas, apakah radikalisme akan menjadi terorisme? Memang harus dibuktikan dengan kajian mendalam. Sebab, radikalisme bisa saja dilakukan secara perorangan, berkelompok, atau bahkan oleh suatu negara. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang lebih komprehensif untuk melihat keterkaitan antara radikalisme dan terorisme. Karena ter

Ilmu Tangkal Radikalisme Kepada Penyuluh Agama

Gambar
Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) bekerjasama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Teroris (FKPT) Sulut, membekali ratusan penyuluh agama dari Kota Manado dan  Kabupaten Minahasa, dengan ilmu pengetahuan tentang  upaya memangkal dan menghadapi pahamradikalisme. Kegiatan yang bertajuk ‘’Penguatan Kapasitas Penuyuluh Agama dalam Menghadapi Radikalisme’’ dihadiri Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr, Hj Andi Intang Dulung, Ketua FKPT Sulut James Tulangouw, SE, dan Kepala Bidang Agama FKPT Sulut, Dr Nasrudin Yusuf juga sebagai Sekretaris MUI Sulut di Hotel Mercure Tateli, Kabupaten Minahasa, baru-baru ini. ‘’BNPT  mengimbau kepada guru-guruagama dan penyuluh agama untuk terus mengsosialisasikan ke anak didik, keluarga dan teman-teman mengantisipasi paham readikalisme dan teroris,’’ kata Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Dr Hj Andi Intang Dulung dihadapi ratusan peserta. Andi menegaskan, kewaspadaan terhadap terorisme dan radikalisme yang dila

Habib Umar: Pertemuan Lintas Agama, Solusi Masalah Umat

Gambar
Jakarta, NU Online Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz atau yang lebih dikenal dengan panggilan Habib Umar, menyatakan bahwa pertemuan para tokoh agama itu sangat penting. Sebab, banyak persoalan-persoalan mendasar tentang umat manusia yang bisa dibicarakan sehingga mendapatkan penyelesaian. "Pertemuan ini sangat penting karena ini merupakan di dalamnya insyaallah menjadi penyelesaian berkenaan tentang hal-hal problem-problem umat manusia," Kata Habib Umar dalam acara Dialog Peradaban Lintas Agama yang diselenggarakan atas kerja sama antara Pengurus Syuriyah PBNU, Majelis Muwasholah dan Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Sabtu (13/10). Kegiatan yang mengusung tema  "Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa atas Dasar Rahmat Kemanusiaan" ini dihadiri sejumlah tokoh agama, seperti KH Afifuddin Muhajdir, Yeni Wahid, KH Mustofa Aqil Siroj, Romo Magnis Suseno, Pdt Martin Lukito Sinaga, dan Bikhu Dhammasubho Mahathera. Menurut

upaya menangkal radikalisme

Gambar
Indonesia yang berpenduduk sekitar 250 juta jiwa kini telah diakui sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, sesudah India dan Amerika Serikat. Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, bahkan disebut-sebut menjadi model kecocokan dan koeksistensi harmonis antara Islam dan sistem demokrasi.  Kondisi demokrasi dan hubungannya dengan agama di Indonesia berbeda jauh, katakanlah, jika dibandingkan dengan banyak negara yang berpenduduk mayoritas Muslim di kawasan Timur Tengah. Banyak pemerintah di negara-negara itu tidak demokratis atau belum berhasil mewujudkan demokrasi dalam kehidupan politiknya.  Pada saat yang sama, di negara-negara tersebut terdapat kelompok-kelompok yang mengusung ideologi radikalisme agama. Mereka aktif melakukan tindakan kekerasan, terorisme, dan aksi militer untuk kepentingannya, sehingga menimbulkan gangguan keamanan dan ketidakstabilan pemerintahan. Gelombang demokratisasi Musim Semi Arab (Arab Spring) yang melanda sejumlah negara Arab, s