Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2019

Hijrah dari Paham Radikal

Gambar
Indonesia adalah negara Pancasila yang sangat anti kelompok paham radikalisme (ekstrem), terutama Islam di Indonesia yang menekankan terhadap Islam yang penuh rahmah Paham radikal memang sering mengatasnamakan jihad militansi agama, jihad yang disertai modus agama mudah laku di kalangan masyarakat global, termasuk Islam yang dianggap agama paling benar. Namun, masif persepsi masyarakat bahwa Islam terafiliasi dengan tindakan radikal. Diantaranya, perbuatan intoleran, dan penuh kebencian. Radikalisme adalah gerakan fundamentalis, skriptualis, dan tekstualis yang hanya mengatasnamakan Islam, garis Islam sempalan ini banyak muncul di pelbagai penjuru negeri di dunia, invasi gerakan kelompok esktrem yang ada di Indonesia justru menginginkan negara yang berdasarkan Pancasila agar menjadi negara Islam. Aspirasi kelompok ekstrem tersebut tampaknya menentang kesepakatan final NU-Muhammadiyah. Bahwa, Indonesia adalah negara Pancasila yang mana penekanan dua arah Islam ini datang dari kedua O

Meruwat Masjid dari Benih-benih Radikalisme

Gambar
Masjid sebagai tempat bermunajat umat Islam kepada Allah Swt., mesti bebas dari ambisi-ambisi duniawi yang kotor. Apalagi, yang berkaitan dengan politik praktis; bukan sebatas di tahun-tahun politik, politik praktis juga bisa dimaknai sebagai perjuangan untuk mengganti sistem pemerintahan sesuai keinginannya; misal khilafah. Ceramah-ceramah yang mengarah pada hal tersebut, hendaknya tidak disampaikan di masjid. Memang benar, bahwa dulu masjid dijadikan pusat politik oleh Rasulullah Saw. dan beberapa khalifah. Menjamu tamu, di masjid. Memberikan instruksi untuk melakukan perang, di masjid. Sampai masjid dijadikan tempat untuk menginap, bagi para musafir atau ahli suffah. Namun, seiring perubahan zaman, pusat pemerintahan lambat laun menjauh dari masjid, dan dibangunlah gedung utama, bernama istana negara (atau gedung pemerintahan lainnya). Di gedung tersebutlah, segala persoalan negara dan pemerintahan bisa dibicarakan. Sehingga, fungsi masjid lebih kepada tempat untuk beribadah dan e

Agama dan Nasionalisme: Kunci Eksistensi NKRI

Gambar
“Agama dan nasionalisme merupakan dua faktor kunci yang menjaga eksistensi dan kesinambungan peradaban bangsa, sehingga tidak seharusnya dipisahkan.” KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU. Meskipun hubungan agama dan nasionalisme telah selesai diperbincangkan pada era Natsir, Soekarno, dkk. pembahasan mengenai hubungan keduanya masih saja menarik diperbincangkan hingga kini. Pasalnya, meski telah ditemukan titik kompromi, ada saja umat beragama (baca: Islam) yang menolak konsep nasionalisme. Golongan ini menganggap nasionalisme sebagai bid’ah yang akan merusak nilai transendental keimanan yang agung. Perlu dipahami, nasionalisme merupakan sebuah paham yang direalisasikan dalam sebuah gerakan yang mendambakan kepentingan bersama. Dengan demikian, karena agama juga mendambakan kemaslahatan bersama daripada kemaslahatan individu, sejatinya agama dan nasionalisme tidak saling bertentangan. Keduanya justru saling bahu-membahu mewujudkan bangsa yang beradab. Islam Mendorong Nasionalisme

Islam dan Pancasila

Gambar
Islam selalu saja dihadapkan kepada persoalan-persoalan bernegara, salah satunya ialah pandangan kaum khilafah yang menganggap bahwa Pancasila merupakan ideologi negara yang tidak menciri khas kan Islam. Perdebatan ini selalu saja mencuat, walaupun akhir-akhir ini perdebatan itu meredup setidaknya dipublik. Akan tetapi, bagi mereka yang menginginkan pendirian negara Islam, selalu saja menganggap bahwa Pancasila harus diganti, demokrasi itu thogut serta tidak segan-segan menuduh kafir kepada meraka yang menyepakati Pancasila sebagai dasar negara. Terjebaknya pada simbolisasi agama, diakui atau tidak masih saja menjadi hal yang sering diperdebatkan salah satunya soal simbol-simbol negara yang seperti bendera dan apapun yang dianggap tidak islami adalah hal yang tidak dibenarkan dalam pandangan mereka, terutama kaum khilafah yang secara diam-diam terus menebarkan ide mendirikan negara Islam. Perdebatan ini sudah muncul sejak negara ini berdiri, ketika para pendiri bangsa memperdebatkan p

Eks-HTI Jangan Diberi Ruang, Titik!

Gambar
Meski sudah dibubarkan, HTI tidak lantas berhenti dalam menyebarkan paham atau ideologi yang mereka yakini di tengah-tengah masyarakat. Ada-ada saja langkah yang mereka tempuh untuk mempengaruhi dan “mengelabuhi masyarakat untuk mendirikan khilafah dan menolak Pancasila. Diakui atau tidak, saat ini tokoh eks-HTI masih berkeliaran di sana-sini; ada bergerak secara terang-terangan, ada pula yang diam-diam. Beberapa waktu lalu, gerakan dan kajian eks-HTI kembali menjadi sorotan sebagian masyarakat. Bahkan sempat menggegerkan jagat media sosial. Penyebabnya adalah, sebagian masyarakat menolak keras rencana kajian tokoh eks-HTI, Felix Siaw. Sebagaimana yang viral di media sosial bahwa, Pemprov DKI, dalam konteks ini Kopri Pemprov DKI, juga DKM Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Jakarta, mengundang Muslimah HTI dan menjadikan Felix Siauw sebagai penceramah di kajian bulanan yang digelar di Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Jakarta. Sontak. Protes pun berjubel dari masyarakat, terutama wargan

Nasionalisme dan Peran Penting Wanita Menangkal Radikalisme

Gambar
Dalam konstruksi gender, perempuan harus mengikuti suaminya. Ini faktor yang sangat ideologis bagi mereka. Sehingga hal ini mendorong motivasi ideologis mereka mengikuti langkah suami. Pada zaman dahulu, perempuan terkenal sangat pasif, namun sekarang mereka agen aktif untuk bersama-sama memasuki ruang hijrah kemudian melakukan “jihad”. Oleh karena itu, mereka berbondong-bondong mengikuti proses ini. Bahkan terdapat 52 keluarga yang dikembalikan dari daerah yang rawan penyebaran terorisme. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran terorisme tidak hanya ditujukan kepada perseorangan namun anggota keluarga juga dapat terlibat didalamnya. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa proses radikalisme bisa terjadi di lingkup yang paling kecil yaitu di dalam keluarga. Menangani tindak radikalisme tidak bisa dilakukan hanya di lingkup masyarakat dan negara, namun harus dilakukan di unsur yang paling dasar dahulu yaitu keluarga. Oleh karena itu, penanganan untuk masalah ini harus melakukan peng

Tanpa Pancasila, Intoleransi Akan Semakin Tinggi

Gambar
Seluruh elemen bangsa harus memahami bahwa pancasila bukanlah seperti patung yang tak hidup, yang boleh dipermainkan seenak dan semaunya. Pancasila merupakan ideologi bangsa yang akan selalu hidup dalam sanubari setiap bangsa, yang memiliki implikasi pasti dalam kehidupan tergantung bagaimana memerankannya. Bila secara baik dan maksimal dalam memerankannya, agar memperoleh ketenangan dalam hidup, pancasila harus dijadikan sebagai ruh dalam setiap perangai kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun bila sebaliknya, jangan harap ada sedikit ketenangan yang menyerta dalam jiwa. Pancasila merupakan satu-satunya ideologi bangsa yang mampu merangkul semua elemen kehidupan, mulai dari suku, agama, ras, antar golongan, dan semacamnya yang hidup di Indonesia. Pancasila bisa menaungi semuanya dalam seluruh butirnya. Para founding father and mother kita, yang berasal dari berbagai kalangan, dengan sangat cerdas mampu merumuskan ide masing-masing dalam satu kesatuan utuh yang bernama pancasila itu,

Perangkap Kelompok Radikal di Media Sosial

Gambar
Media sosial merupakan wilayah baru berkomunikasi dan berinteraksi langsung tanpa berjumpa. Sebagai tempat pertemuan, dunia maya haruslah dijaga keamanannya agar menjadi wahana pertemuan yang berkualitas. Karena menjadi wilayah yang menyenangkan, media sosial menjadi ruang publik yang digunakan hampir semua lapisan masyarakat. Media sosial menjadi idola baru untuk mencari beragam informasi dan komunikasi/berinteraksi. Namun, tidak jarang ditemukan pengunjung media sosial yang menyebarkan informasi yang berbau radikal dan mengancam kedaulatan bangsa. Hal ini semakin diperparah dengan lemahnya pengawasan masyarakat dalam dunia maya. Masyarakat seolah abai dengan keamanan media sosial yang menjadi wajah baru di era digital. Akibatnya  informasi radikal bebas berselancar di media sosial tanpa pengawasan yang ketat. Banyaknya akun palsu untuk melancarkan dakwah radikal yang mengusung ideologi khilafah menjadi wajah baru di media sosial. Akun ini dibuat dengan mudah tanpa melalui proses ya

Gus Nadir: Tak Masalah Jidat Hitam, Pakai Gamis, Celana Cingkrang, Jenggot Panjang, Asal Bigini

Gambar
Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zealand Prof Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) mengatakan tidak masalah jika seseorang mempunyai jidat hitam, memakai gamis, bercelana cingkrang dan mempunyai jenggot panjang. Namun, Gus Nadir menegaskan, hal tersebut tidak boleh membuat seseorang merasa lebih suci dari yang lainnya. "Silakan saja. Yang penting itu jangan sampai anda menganggap diri lebih suci dari orang lain yg tidak spt anda," kata Gus Nadir melalui akun twitternya @na_dirs, Senin (06/08/2018). Gus Nadir juga mengingatkan, bagi yang tidak berjidat hitam, memakai gamis, bercelana cingkrang dan berjenggot panjang, tidak boleh mencelanya. "Begitu juga yg lain gak perlu mencela yg jidat hitam, jenggotan, dll.," lanjutnya. Penjelasan Gus Nadir tersebut, sebagai respon atas pertanyaan akun @RiyanAriel yang mengatakan, "Saya dulu juga geli dan risih lihat orang berjidat hitam tapi sekarang jidat saya juga mulai menghitam. Di karenakan 1.kaki bermasalah, 2.peci kecil

Habib Umar bin Hafidz: Ulama Bisa Berperan Tanpa Harus Berpolitik Praktis

Gambar
Nasehatnya selalu ditunggu umat Islam di mana pun berada. Itulah Habib Umar bin Hafidz.  Minggu (7/10/2018), Habib Umar bicara soal perspektif Agama terhadap kebangsaan. Ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan dari Muhamad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TBG). Dalam sebuah dialog yang digelar pada Minggu (7/10), Habib Umar tampil bersama 30 tokoh nasional. Habib Umar mengatakan pandangan kebangsaan yang dimaksud adalah aman, keadilan, dan penghargaan terhadap sesama, maka adalah Islam. “Kaum muslimin harus menjaga hak-hak non-muslim ketika minoritas, apalagi ketika kaum muslimin menjadi mayoritas,” katanya. Habib Umar lalu memberikan pandangan-pandangannya terkait Islam yang kontemporer. Selain itu, ia juga bercerita tentang kehidupan nabi Tentang problematika umat Islam kontemporer, beberapa hal yang masih saya ingat di antaranya adalah bahwa Islam amat menghormati semua makhluk, hewan sekalipun, apalagi manusia. Menyakiti hewan saja berarti sudah melanggar salah satu prinsi

Seputar Polemik Tentang Kafir

Gambar
Sebenarnya saya enggan untuk nimbrung karena khawatir polemik berkepanjangan dan hanya akan memalingkan perhatian umat Islam dari agenda mendesak yaitu penanggulangan problematika prioritas keumatan. Semula saya berharap segenap elemen umat agar menghindarkan diri dari mengangkat isu-isu yang krusial dan kontroversial apalagi pada tahun politik yang sensitif sekarang ini. Pada hemat saya, topik seperti tentang kafir dan semacamnya bisa ditunda (dimaukufkan) dulu. Tapi karena sudah telanjur dan banyak pertanyaan, maka izinkan saya yang faqir ini  menyampaikan pandangan sebagai berikut: 1. Saya menilai ada kerancuan dalam mengaitkan istilah kafir dan muwathin (warga negara) karena kedua istilah berada dalam kategori berbeda; kafir berada dalam kategori teologis-etis, sedangkan muwathin dalam kategori sosial-politik. Polemik berkembang rancu, baik karena penjelasan publik awal dari Munas Ulama NU ada mengaitkan keduanya (“dlm kehidupan berbangsa dan bernegara tidak ada istilah kafir tapi

Soal Bendera Rasulullah, Gus Nadir: Jangan Mau Dibohongi ISIS dan HTI

Gambar
Tidak semua orang memperhatikan Panji Rasulullah yang dikibarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akhir-akhir ini. Tetapi tidak bagi Dr H Nadirsyah Hosen, LLM, MA (Hons), PhD,  alias Gus Nadir. Rois Syuriuah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand serta Dosen Senior Monash Law School ini memberikan catatan menarik tentang panji yang diklaim HTI sebagai bendera Nabi tersebut. Seperti disampaikan Ketua HTI Kabupaten Trenggalek, dr Fahrul Ulum, bahwa, kegiatan yang digelar HTI sebenarnya hanyalah edukasi ketauhidan dengan mengingatkan sejarah keislaman di zaman Nabi Muhammad saw. “Melalui kegiatan itu HTI melakukan kirab Panji Rasulullah, yakni Panji Al-Liwa’ yang berwarna putih dan Ar-Royah yang berwarna hitam. Dua panji ini selalu dibawa Rasulullah ke mana pun pergi sebagai simbol perjuangan dan syiar yang dilakukan kala itu,” kata Fahrul menjelaskan kepada antara melalui sambungan telepon. Tentang konsep khilafah, HTI sifatnya memberikan tawaran. Logikanya sama seperti tawaran menggu

Mengembalikan Khittah dan Nilai-nilai Pancasila untuk Anak Bangsa

Gambar
Dewasa ini, bangsa Indonesia semakin lama, semakin terpuruk.  Kriminalitas merajalela, perdebatan antar partai politik yang tak kunjung mereda, dan yang lebih parah, kasus-kasus korupsi yang tak akan pernah selesai. Inilah cerminan dari sebuah bangsa yang telah hancur. Mengorbankan orang lain demi memuaskan nafsu sendiri yang sesaat. Kemanakah nilai-nilai dari Pancasila yang selama ini kita akui dan anut sebagai dasar landasan kita berwarganegara di Indonesia ini ? Negara kita mengaku negara beragama, tetapi tetap saja mengerjakan perbuatan-perbuatan yang melanggar baik hukum agama maupun hukum negara. Negara kita mengaku negara beradab, tetapi nyatanya masih banyaknya pelecehan-pelecehan yang terjadi di Indonesia. Negara kita mengaku sebagai negara kesatuan, tetapi pada kenyataannya banyak warga negara Indonesia di perbatasan malah mencari nafkah di negeri orang. Negara kita mengaku selalu bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah, tetapi pada kenyataanya setiap masalah yang ditemui

HTI Tidak Punya Konsep Baku tentang Khilafah

Gambar
Saya ingin eksplorasi lebih jauh dan tunjukkan bukti konkrit inkonsistensi HTI soal sistem khilafah mereka. Monggo disimak dengan santai sambil nyisir dan nyengir, gak perlu pakai marah-marah yah  1. Yang dimaksud dengan sistem pemerintahan paling tidak ada 3 hal dasar: cara khalifah dipilih, bagaimana struktur tata negaranya dan cara pertanggungjawabannya. Ketiga hal ini TIDAK dinyatakan dengan lengkap dan jelas memakai kalimat perintah yang bersifat Qath’i dalam Qur’an dan Hadits. Penafsirannya beragam dan pakteknya juga berbeda dalam sejarah Islam. 2. HTI menganggap sejarah bukan sumber hukum. HTI mengklaim sistem khilafah berdasarkan Qur’an dan Hadits, bukan berdasarkan sejarah khilafah. Saya akan buktikan bahwa klaim HTI ini TIDAK TEPAT dengan merujuk naskah UUD Khilafah HTI sendiri. 3. Semua ayat Qur’an tentang khalifah TIDAK ADA yang merujuk pada sistem pemerintahan, yang ada hanyalah pada tokoh seperti Nabi Adam atau pada generasi. Bukan pada 3 sistem dasar yg saya sebut di

Bekas Sujud Itu Kebaikan Perilaku, Kalau Jidat Hitam Ya Bekas Karpet

Gambar
Ada-ada saja orang yang memaknai bahwa bekas sujud pada salah satu ayat Al-Qur’an adalah dahi atau jidat yang hitam. Padahal yang benar adalah terpancarnya aura kebaikan dari dalam diri dan kebaikan perangai. Penjelasan ini disampaikan KH Ma’ruf Khozin saat mengisi Kajian Islam Ahlussunnah wal Jama’ah atau Kiswah yang diselenggarakan PW Aswaja NU Center Jawa Timur, Ayat yang disalahartikan tersebut adalah pada Surat al-Fath ayat ke 29. Kiai Ma’ruf, sapaan akrabnya kemudian mengemukakan bahwa arti dari ayat dimaksud adalah: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. “Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan tanda-tanda dari bekas sujud,” kata aktivi

Hindari Tanda Hitam di Jidat, Ini Hujjahnya

Gambar
Apabila cara sujud benar, maka tidak akan memburukkan wajah melainkan sebaliknya, menjadi bercahaya dan berseri-seri. Adapun jika jidat menjadi ‘kapalan’ maka artinya harus memperbaiki gerakan shalat. Sebab yang menjadi penopang utama adalah kedua tangan, saat sujud, bukan kepala. Abdullah bin Umar bin Khattab RA. salah seorang sahabat terkemuka tidak menyukai adanya bekas hitam di dahi seorang muslim. عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟ Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibn

Dakwah Beda Madzhab, Bukan Beda Agama

Gambar
Muhammad Putra Qadli Abu Ya'la berkata bahwa ada seseorang yang ingin belajar ilmu fikih kepada Ayahnya. Qadli Abu Ya'la berkata: ﺃﻧﺖ ﺷﺎﻓﻌﻲ، ﻭﺃﻫﻞ ﺑﻠﺪﻙ ﺷﺎﻓﻌﻴﺔ، ﻓﻜﻴﻒ ﺗﺸﺘﻐﻞ ﺑﻤﺬﻫﺐ ﺃﺣﻤﺪ؟ "Kau bermadzab Syafi'i, warga negaramu juga pengikut Syafi'i. Mengapa kau ingin belajar Madzhab Hambali?" Pemuda itu menjawab: ﻗﺎﻝ: ﻗﺪ ﺃﺣﺒﺒﺘﻪ ﻷﺟﻠﻚ. "Saya senang Madzhab Hambali karena saya senang pada Anda" Qadli Abu Ya'la berkata: ﻓﻘﺎﻝ: ﻳﺎ ﻭﻟﺪﻱ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﺼﻠﺤﺔ. ﺗﺒﻘﻰ ﻭﺣﺪﻙ ﻓﻲ ﺑﻠﺪﻙ ﻣﺎ ﻟﻚ ﻣﻦ ﺗﺬاﻛﺮﻩ، ﻭﻻ ﺗﺬﻛﺮ ﻟﻪ ﺩﺭﺳﺎ، ﻭﺗﻘﻊ ﺑﻴﻨﻜﻢ ﺧﺼﻮﻣﺎﺕ، ﻭﺃﻧﺖ ﻭﺣﻴﺪ ﻻ ﻳﻄﻴﺐ ﻋﻴﺸﻚ "Wahai anakku, itu tidak baik. Kau akan menyendiri di daerahmu, tidak ada yang bisa diajak belajar denganmu. Kau akan mengalami permusuhan sementara kau seorang ini. Hidupmu tidak akan baik" Kemudian Qadli Abu Ya'la ini mengantarkan pemuda tersebut kepada Syekh Abu Ishaq yang bermadzab Syafi'i >> Al-Hafidz Adz-Dzahabi, Tarikh Al-Islam 32/157 Duhai para pendakwah Salafi wa man intasab

Tragedi Sayyidina Utsman: Dari Hoax ke Poeple Power

Gambar
Ide anti pemerintah, anti otoritas yang sah dan anti konstitusi, ide kuno yang dalam sejarah Islam pertama kali muncul ketika Dzul Khuwaisirah ketika protes atas pembagian harta emas yang dikirim Ali bin Abi Thalib dari Yaman yang dilakukan Rasulullah Saw. Protes Dzul Khuwaishirah menyinggung perasaan Nabi Saw. Secara tidak langsung dia menuduh Nabi Saw berbuat dzalim. Saking tidak beradabnya dia menyuruh Rasulullah Muhammad Saw bertaqwa kepada Allah, "Wahai Rasulullah bertaqwalah engkau kepada Allah.” Mendengar hal itu, Nabi Saw bersabda: "Celaka engkau! Bukankah aku adalah penduduk bumi yang paling berhak untuk bertaqwa kepada Allah?!" (HR.  Bukhari [2/232], Muslim [2/740]). Sebagai sebuah gerakan politik, Abdullah bin Saba’ orang pertama yang mengorgansir gerakan anti pemerintah dan inkonstitusional. Abdullah bin Saba’ seorang Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam. Berlagak bak ulama dia menyebar isu, opini negatif, tuduhan miring dan hoaks di tengah-tengah ma