Cegah Radikalisme Ekstremisme, Fatayat NU Susun Modul bagi Daiyah

Ekstremisme dan terorisme bukan saja menarik laki-laki sebagai aktor. Perempuan dan anak-anak juga sudah dibawa menjadi pelaku. Mei 2018 silam di Surabaya adalah salah satu buktinya. Melihat fenomena itu, Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) bergerak untuk mencegah meluasnya gerakan tersebut dengan menyusul modul yang diperuntukkan bagi perempuan pendakwah (daiyah). "Melalui modul ini, sebagai upaya kami dari fatayat NU melihat fenomena perempuan dan anak sudah jauh terlibat dalam arus terorisme ekstremisme," kata Anisah Rahmawati, Ketua Pimpinan Pusat Fatayat NU Bidang Dakwah, pada Wokshop Penyusunan Modul Daiyah Fatayat NU untuk Pencegahan Radikalisme dan Ekstremisme Berkekerasan di Hotel Bintang Wisata Mandiri, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Jumat (8/3). Sebagai agen perubahan, para daiyah tersebut dapat memberikan informasi positif, dan menyebarkan nilai-nilai perdamaian. Semua hal tersebut didasarkan pada ajaran Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah. "Diharapkan para daiyah yang sudah terlatih dengan modul ini dapat memberikan kontribusi bagi kebaikan perempuan dan bangsa Indonesia secara umum," ungkapnya. Sementara itu, Koordinator Working Group on Women Countering and Preventing Violence Extremism (WGWC) Ruby Khalifah melihat bahwa upaya menangani persoalan ekstremisme dan terorisme saat ini masih sangat maskulin. Padahal, jika melihat realitasnya, perempuan juga terlibat dan terdampak. "Upaya counter terorisme, kita rasa sangat maskulin. Aktornya (penanganan terorisme) yang terlibat juga kebanyakan laki-laki. Mainstreaming gender juga sangat lemah," katanya. Oleh karenanya, ia mengajak kepada seluruh peserta yang hadir agar bersama membuat perubahan dalam penanganan persoalan tersebut. "Bersama-sama bersinergi untuk memainstreamkan gender dan juga sekaligus memberikan wadah kepada aktor pemerintah maupun dari masyarakat sipil unutk secara intensif membincangkan persoalan ekstremisme dan juga persoalan terorisme di Indonesia dalam kacamata jender," ungkapnya. Workshop menghadirkan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Imdadun Rahmat dan Dosen Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta Nur Rofi’ah. Kehadiran keduanya dalam rangka mengkritisi dan memberikan masukan-masukan penting guna menyempurnakan modul yang telah disusun oleh Fatayat NU tersebut sebelum digunakan oleh para daiyah nanti. (Syakir NF/Kendi Setiawan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDAPAT NU DAN MUHAMMADIYAH SOAL KONFLIK UIGHUR YANG TAK MAU KITA DENGAR

Forum Kyai dan Mubaligh Nusantara Tolak People Power

Kenapa Allah Menciptakan Kita Berbangsa Bangsa dan Bersuku Suku?